Kalau kamu punya bisnis yang melibatkan manajemen penyimpanan stok barang, pasti familiar dengan istilah FIFO dan LIFO.
Kedua metode ini sangat penting dalam mengelola persediaan barang di gudang. Nggak cuma soal tata letak barang lho, tapi juga berpengaruh pada laporan keuangan dan perpajakan bisnis kamu.
Penasaran apa bedanya dan bagaimana memilih yang terbaik untuk bisnismu? Yuk, baca artikel ini supaya lebih paham tentang cara kerja kedua metode ini dan bagaimana bisa mempengaruhi operasional bisnismu.
FIFO (First In First Out) atau dalam bahasa Indonesia berarti "pertama masuk pertama keluar" adalah metode pengelolaan persediaan di mana barang yang pertama kali masuk ke gudang akan dijual atau digunakan terlebih dahulu.
Misalnya, kamu punya toko sembako. Beras yang datang minggu lalu akan dijual lebih dulu dibanding beras yang baru datang hari ini.
Memahami metode FIFO sebenarnya sangat sederhana. Bayangkan saja antrean di kasir supermarket. Orang yang datang lebih awal akan dilayani lebih dulu. Nah, prinsip yang sama berlaku untuk barang di gudang kamu.
Melansir dari Investopedia, perusahaan yang menerapkan FIFO umumnya memiliki laporan keuangan yang lebih sehat dan lebih mudah mendapatkan kepercayaan investor.
Kamu bisa mulai dengan sistem sederhana dulu, lalu tingkatkan sesuai perkembangan bisnis. Yang penting, pastikan semua tim memahami dan menjalankan sistem dengan benar.
LIFO (Last In First Out) atau "terakhir masuk pertama keluar" adalah kebalikan dari FIFO. Metode LIFO adalah sistem di mana barang yang terakhir masuk ke gudang justru akan dijual atau digunakan terlebih dahulu.
Contohnya, sebuah toko menerima pengiriman 100 kaos pada tanggal 1 Januari dan 150 kaos lagi pada tanggal 1 Februari.
Maka dengan metode LIFO, 150 kaos yang diterima pada tanggal 1 Februari akan dijual terlebih dahulu. Baru setelah itu, jika masih ada permintaan, 100 kaos yang datang pada 1 Januari akan dijual.
Namun, penting untuk diingat bahwa metode LIFO sudah tidak diperbolehkan untuk digunakan dalam pelaporan keuangan di Indonesia berdasarkan PSAK 14 (yang sekarang telah direvisi menjadi PSAK 202 efektif per 1 Januari 2024).
PSAK tersebut mengadopsi standar akuntansi internasional (IAS 2) yang melarang penggunaan LIFO karena dianggap kurang akurat dalam merepresentasikan nilai persediaan, terutama dalam kondisi inflasi dan berpotensi memanipulasi laba.
Memilih antara metode FIFO dan LIFO sangat bergantung pada jenis bisnis dan karakteristik barang yang dikelola. Kedua metode ini memiliki penerapan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan industri.
Berikut cara menentukan kapan sebaiknya menggunakan FIFO atau LIFO:
FIFO cocok untuk:
LIFO lebih sesuai untuk:
Baca Juga Penjelasan Lengkap Freight Forwarding: Cara Mudah Dalam Mengirim Barang
Dalam memilih antara metode FIFO dan LIFO, penting untuk memahami kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Setiap metode memiliki kelebihan yang dapat memberikan keuntungan bagi bisnis tertentu, namun juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan.
Baca Juga Pentingnya Memilih Pengiriman yang Tepat untuk Barang Fragile
Berikut ini adalah beberapa cara untuk mengelola FIFO dan LIFO dalam bisnismu:
Sebelum memutuskan metode mana yang akan dipakai, pertimbangkan:
Baca Juga Peran Penting Freight Forwarder dalam Pengiriman Barang Khusus dan Berbahaya
Memilih antara FIFO dan LIFO adalah keputusan penting yang akan memengaruhi operasional dan keuangan bisnis kamu. Untuk mayoritas bisnis di Indonesia, FIFO adalah pilihan yang lebih aman dan mudah diterapkan.
Tapi, selain pengelolaan barang, pengiriman juga gak kalah penting, kan? Nah, kamu bisa memermudah urusan pengiriman barang dengan menggunakan forwarder.ai.
Dengan teknologi canggih yang kami miliki, kamu bisa melacak pengiriman barang secara real-time, melakukan pemesanan secara online, dan dapatkan kuotasi langsung. Jadi, bisnis kamu bisa berjalan lebih lancar dan efisien. Yuk, coba sekarang dan rasakan kemudahannya.